Natalan Petani Lereng Merapi


Created At : 2014-01-02 01:07:06 Oleh : Berita Terkait Tugas dan Fungsi Dibaca : 960
"Pamintaku berkah saka Gusti. Kang tinampi tumrap kabeh titah. Amrih langgeng saklawase. Bareng bareng direngkuh. Kang aran tuk Sendang Waringin. Toya kang binerkahan. Saka kang Ma Agung. Muga dadyo panguripan. Ngudi lestarine. Warih mili bening. Dadyo papan sembahyang," demikian sepenggal syair tembang karya Barnabas Delan (70 th) dalam bahasa Jawa, yang dilantunkan Prodiakon Sugiyanto.
Arti tembang tersebut kira-kira; Kira-kira maksud kalimat syair itu berupa permintaan berkah Allah untuk semua makhluk supaya hidup bersama melestarikan air dari Sendang Waringin. Harapannya, air itu menjadi sumber penghidupan masyarakat dan lestari, selalu mengalir bening dan tempat itu menjadi tempat bersembahyang. Tembang dengan judul "Tuk Mancur" yang diiringan tabuhan terbang (sejenis rebana) tersebut merupakan bagian dari do’a masyarakat Katolik lereng Merapi saat menyusuri jalan setapak mulai dari Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun menuju Sendang Waringin, di kawasan hutan Gunung Merapi, yang berjarak sekitar 300 meter dari dusun tersebut, pada hari Rabu (25/12).
 Dengan dipimpin Romo Yosep Nugroho Tri Sumartono Pr, yang mengenakan pakaian ada Kejawen, umat Katolik yang sebagian besar menganakan pakaian adat pedesaan membawa berbagai macam piranti (alat alat pertanian untuk bercocok tanam) berjalan kaki dari pertigaan Dusun Gemer menuju Sendang Waringin dalam suasana mendung dan hujan gerimis sembari melantunkan tembang tembang pujian dan do’a syukur.
Rangkaian prosesi tradisi perayaan yang bertajuk “Natal Tani Merapi” tersebut, digelar umat Katolik setempat dengan tema "Rawuh Dalem Gusti Dadia Banyu Bening Tumraping Wong Kang Ngorong Marang Kaadilan" (Kehadiran Yesus menjadi air bening untuk Manusia yang Haus Keadilan).
Prodiakon Sugiyanto yang mendampingi Romo Nugroho membuka acara pemberkatan air Sendang Waringin itu dengan melantunkan tembang Dandang Gula, karya Barnabas Delan seorang pemuka umat setempat. Selanjutnaya, Romo Nugroho yang mengenakan pakaian adat Jawa, antara lain surjan, belangkon, dan berkalung stola warna putih, memberkati sumber air Sendang Waringin dengan didampingi para prodiakon dan misdinar yang juga berpakaian nuansa Jawa dan petani.
Air dari sumber itu kemudian dimasukkan ke dalam ratusan bumbung dan botol plastik untuk diarak menuju Gereja Stasi Tangkil, Desa Ngargomulyo, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari mata air tersebut.
Prosesi mengarak air berkah itu disambut oleh kalangan seniman petani Sanggar Bangun Budaya Desa Sumber, Kecamatan Dukun, pimpinan Untung Pribadi dengan pertunjukan teater "Sajen Buangan" yang digelar di pertigaan jalan Dusun Gemer.
Umat kemudian melanjutkan prosesi dengan menuju ke gereja wilayah setempat dengan diiringi tabuhan musik rebana dari Grup Asyiqin Nasyid dari Desa Ngadipura, Kecamatan Dukun, pimpinan Muhammad Zainudin.
Romo Nugroho juga memercikkan air berkah dari Sendang Waringin terhadap berbagai alat-alat pertanian dan aneka bibit sayuran milik umat setempat yang ditata di tanah lapang di Dusun Tangkil, sekitar 7 kilometer barat daya puncak Gunung Merapi di kawasan alur Kali Lamat. Selain itu, di depan gereja setempat juga dilakukan pemberkatan aneka hasil bumi, panenan petani setempat.
Dalam khotbahnya, Romo Nugroho mengharapkan air yang bening membuat hati umat juga jernih sehingga selalu bisa melakukan berbagai perbuatan kebaikan setiap hari. Air yang melimpah dari berbagai sumber air di kawasan Gunung Merapi setiap hari dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan hidup sehari-hari termasuk mengairi lahan pertanian yang ditanami sayur-sayuran dan palawija.
Air yang keruh, menurut Romo Nugroho, karena kemasukan berbagai kotoran. Air sebagai sumber kehidupan yang membawa kotoran yang bisa mengakibatkan perselisihan, sikap curiga, gengsi, benci, dan penghayatan iman yang dangkal.
"Bukan hanya air yang keruh, melainkan sumber air pun makin tak terawat. Sumber air kehidupan yang baik itu adalah keluarga yang tenteram dan damai. Sumber air kehidupan itu adalah persaudaraan di masyarakat, kelompok-kelompok yang rukun, komunitas yang menjadi wadah aspirasi kejujuran dan ketulusan, semangat kebangsaan, dan negara yang diperintah oleh pemimpin yang bijaksana," katanya.
Perayaan Natal 2013 menjadi momentum yang baik bagi umat di kawasan Gunung Merapi yang umumnya bekerja sebagai petani untuk tidak sekadar menjalani upacara liturgi memperingati kelahiran Yesus Kristus, tetapi juga merayakan kasih Allah yang tak terkira bagaikan air bening dari Sendang Waringin yang mengalir berlimpah-limpah menjadi sumber kehidupan.
Hidup kita yang keruh karena tantangan kehidupan sehari-hari yang makin rumit harus diendapkan sedikit demi sedikit agar bisa merasakan suara hati yang bening. Manusia yang tulus dan suci akan menjalani hidup dengan segar dan total mencintai kebaikan.*)mahendra-de
 

GALERI FOTO

Agenda

Peresmian
Kamis, 20 Desember 2018