LEZATNYA KULINER RUMAHAN ALA WAROENG KOPI BOROBUDUR


Created At : 2016-09-19 11:15:25 Oleh : Fany Rachmawati Berita Terkait Tugas dan Fungsi Dibaca : 687
 

Nuansa pedesaan begitu kental terasa ketika anda tiba di warung makan ini. Waroeng Kopi. Begitu namanya. Meski bernama Waroeng Kopi, warung kuliner ini tidak hanya menawarkan aneka jenis kopi, tapi juga masakan khas Jawa lainnya. Bagi anda penggemar masakan rumahan, Waroeng Kopi atau yang kini bernama Balkon Borobudur, mungkin pilihan tepat bagi anda untuk mengobati rasa rindu akan cita rasa masakan rumah. Penasaran apa saja sih yang disuguhkan oleh Waroeng Kopi Borobudur? Kali ini Reporter Fany Rachma akan ajak anda mencicipi lezatnya pesona kuliner rumahan ala Waroeng Kopi Borobudur.

 

Waroeng Kopi, Tidak Hanya Menyuguhkan Kopi

 

Berjarak hanya sekitar 1 kilometer dari Candi Borobudur, tepatnya di Desa Ngaran Ngisor / Ngaran II, Kecamatan Borobudur, telah berdiri sebuah tempat persinggahan bagi wisatawan, yang menawarkan pesona alami pedesaan lengkap dengan sajian kuliner dan aneka pilihan oleh-oleh maupun suvenir khas Kabupaten Magelang. Tidak hanya itu, tempat ini juga menyuguhkan tempat nongkrong yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan nuansa kekinian. Jika anda jenuh dengan ramainya irama bising perkotaan dan merindukan suasana khas pedesaan, dengan suara kicau burung dan alunan musik tradisional Jawa, bisa jadi Waroeng Kopi yang anda cari.

Waroeng Kopi Borobudur atau yang kini berganti nama menjadi Balkon Borobudur, pertama kali berangkat dari ide seorang Kepala Desa yang saat itu menginginkan adanya destinasi wisata selain Candi Borobudur. Hani, salah satu pengelola menceritakan awal mula ide munculnya Waroeng Kopi:

“Waroeng Kopi berawal dari ide Kepala Desa yang ingin menciptakan destinasi selain Candi Borobudur. Lalu menjalin kerja sama dengan warga, tapi tidak jalan. Pindah kepemimpinan, proyek dilanjutkan kembali karena sudah kontrak tanah dengan warga. Tadinya mau dibangun persinggahan wisatawan yang naik andong, menawarkan kuliner dan kerajinan. Kemudian setelah ada statement Presiden Jokowi bahwa Candi Borobudur akan dikelola Pemerintah Pusat, akhirnya banyak BUMN ingin masuk ke Borobudur. Waroeng Kopi akhirnya dihandle oleh Taman Wisata Candi Borobudur dalam pembangunan, tapi kontraktor dan konseptornya warga Ngaran Ngisor sendiri”.

Meski Waroeng Kopi berstatus milik BUMN, pengelola dan konsep keseluruhan diserahkan pada warga setempat. Memang, Waroeng Kopi ini adalah salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN atau merupakan program tanggung jawab perusahaan agar memberi manfaat langsung pada masyarakat. Tujuannya tidak lain adalah mendongkrak kehidupan ekonomi masyarakat di sekitar Candi Borobudur. Para pemuda di Desa Ngaran II diberi kesempatan mengikuti proses rekrutmen untuk menjadi pengelola Waroeng Kopi. Proses rekrutmen dilakukan secara profesional, dan salah satu aspek utama yang dibutuhkan adalah kemampuan berbahasa Inggris karena target pengunjung Waroeng Kopi sebagian besar adalah wisatawan asing yang berkunjung ke Borobudur. Biasanya para wisatawan bisa sampai di Waroeng Kopi ketika mengikuti Wisata Naik Andong yang juga ditawarkan oleh warga setempat. Mereka akan diajak berkeliling desa sekitar Candi Borobudur, dan salah satunya singgah di Waroeng Kopi.

“Waktu itu kita ditawari oleh manajemen untuk mengikuti proses rekrutmen. Tesnya dilakukan secara profesional oleh pihak ketiga. Tes utamanya adalah bahasa inggris”, tutur Hani. 


Filosofi Waroeng Kopi : Kembali ke Ndeso

Nama Waroeng Kopi sendiri terinspirasi dari warung nuansa pedesaan yang masih asri, tidak ada hiruk pikuk kendaraan, istilahnya kembali ke asal (ndeso), akhirnya terbentuklah Waroeng Kopi dengan konsep yang sederhana ini.

“Memang ada beberapa sentuhan modern. Kemarin mau dikasih televisi tapi ngga boleh. Karena wong jowo jaman mbiyen ngga ada yang punya tivi. Bener sampe sekarang kita ngga boleh (punya tivi). Ada itu tv tapi rusak, hanya pajangan. Memang itu konsep yang dibangun dari awal. Orang masuk pintu gerbang ke dalam itu akan lihat iki omah wong jowo ki jaman biyen seperti ini. Terus ketemu dengan orang-orang pakaian aneh (seragam pelayan), ternyata orang asing juga seneng”, cerita Hani.

Sesuai misi Waroeng Kopi untuk menyejahterakan masyarakat, pihak pengelola bekerja sama dengan warga setempat untuk penyediaan makanan. Ibu – ibu dari Desa Ngaran Ngisor berbagi tugas dalam memasak dan mengirimkannya ke Waroeng Kopi. Jangan berharap anda bisa menemukan masakan mewah di sini ya karena menu masakan unggulan di Waroeng Kopi adalah masakan rumahan.

Hani bercerita, “Waroeng Kopi memang konsepnya ndeso, sederhana banget, mohon maaf njenengan tidak akan menemukan masakan mewah di tempat kami, tapi yang kami berikan adalah pelayanan. Jadi orang merasa di rumah sendiri. Ketika datang melihat menu dan berkomentar, wah iki jangane mbokku (Ibuku)”.

Beberapa menu wajib yang selalu ada di Waroeng Kopi adalah sayur daun kates, sayur lompong, jantung pisang, rebung, dan sayur nangka muda atau jangan gori. Setiap minggunya, ibu-ibu berbagi jadwal dalam memasak. Mereka membagi kelompok memasak dalam dua giliran. Tiap minggunya, ada dua kelompok berbeda yang mengirim masakan ke Waroeng Kopi. Jenis masakan sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak Waroeng Kopi. Menunya berbeda tiap hari, namun ada dua menu unggulan yang wajib ada tiap hari, yakni sayur daun kates dan sayur lompong karena dua jenis sayur ini termasuk mudah diperoleh. Pihak Waroeng Kopi membeli makanan yang sudah matang hasil olahan warga. Hal ini diakui cukup berpengaruh dalam meningkatkan penghasilan warga setempat.

Harga makanan di Waroeng Kopi terbilang cukup murah. Bermodalkan sepuluh ribu rupiah saja, perut anda sudah dipastikan kenyang lho, sahabat gemilang. Dengan uang sepuluh ribu rupiah, anda sudah bisa menikmati sepiring nasi beserta sayur dan lauknya. Bisa pilih sayur yang anda suka. Siang itu saya disuguhi sayur sup, lodeh sawi, oseng tahu, cah aneka sayur, oseng jamur, dan ada lauk tempe goreng dan telur asin. Tradisional banget kan? tapi rasanya enak banget sahabat gemilang. Pas banget untuk mengisi perut saya yang sudah lapar. Masakan yang disuguhkan siang itu hampir semuanya bercita rasa pedas, jadi kayaknya harus hati-hati nih bagi anda yang kurang siap dengan lidah pedas. Tapi tenang aja, anda bisa pesan minuman yang bebas anda pilih, ada wedang jahe, teh dingin atau hangat, air jeruk, hingga kopi, ya namanya aja Waoreng Kopi, so pasti banyak jenis kopi yang ditawarkan di sini. Tapi kalau anda sudah tidak sabar ingin minum, di sudut bale-bale sudah disiapkan satu kendi air putih lengkap dengan cangkirnya yang terbuat asli dari gerabah. Semakin kental kan nuansa alaminya?

 

Serasa di Rumah Sendiri

 

Tamu yang datang ke Waroeng Kopi selalu dimanjakan dari awal mereka tiba. Ya, Waroeng Kopi memang mengutamakan pelayanan prima pada para tamunya. Saat anda tiba, anda akan segera disambut oleh salah satu pelayan di sini dengan sapaan khas mereka.

Hani menyebutkan salam khas Waroeng Kopi, “Kita di sini punya salam khusus, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, salamnya ‘Selamat datang, sugeng rawuh di Waroeng Kopi Borobudur. Monggo pinarak’”

Sejauh mata memandang, anda akan disuguhi kentalnya nuansa Jawa. Arsitektur Waroeng Kopi berbentuk rumah adat Jawa, yakni rumah joglo. Aura budaya Jawa semakin pekat ketika mata anda tertuju pada furnitur yang digunakan. Waroeng Kopi menggunakan furnitur khas Jawa untuk menjamu para wisatawan. Kursi meja semua terbuat dari kayu jati tua dengan gaya arsitektur zaman dulu, yakni model kursi becak khas Jawa Tengah dan Yogyakarta. Saya langsung teringat dengan rumah si mbah yang dulu rutin saya kunjungi tiap lebaran di kampung di sebuah desa di Kecamatan Salaman. Nampaknya Waroeng Kopi berhasil membangun konsep nuansa Jawa tradisional di dalamnya.

Setelah disapa, tamu yang datang akan langsung disuguhi welcome drink berupa secangkir wedang jahe hangat. Welcome drink ini adalah salah satu ciri khas Waroeng Kopi yang diberikan gratis lho pada semua pengunjung yang singgah. Berikutnya para tamu dipersilahkan memilih hidangan sesuai selera. Di bagian dalam, sudah disiapkan tiga meja prasmanan. Di sisi depan, ada suguhan berupa aneka jajan pasar, di antara menu jajanan pasar yang disediakan siang itu, ada kue serabi, klepon, pukis, pisang rebus, dan beberapa jenis gorengan. Bergeser ke meja sebelahnya, ada beragam jenis oleh-oleh khas Magelang yang dijual, orang Jawa menyebutnya klethikan, ada peyek kacang, peyek bayam, keripik singkong, criping kimpul, dan sebagainya. Pengunjung bisa membeli aneka klethikan ini sebagai oleh-oleh untuk orang kesayangan di rumah.

Selain oleh-oleh berupa makanan kering, pengunjung juga bisa membeli oleh-oleh Kopi Borobudur yang tersedia dalam tiga varian, yakni kopi original, kopi jahe, dan kopi cengkih. Kopi tersebut adalah buatan asli warga Borobudur, tepatnya di Desa Majaksingi, Borobudur. Kopi tersebut dikemas dalam ukuran sachet 100 gram dan dibanderol seharga Rp. 25.000.

 

Tibalah di meja prasmanan utama. Di meja tersebut sudah tersedia aneka jenis masakan rumah yang siap santap. Ada sayur lodeh sawi, sayur sop, oseng jamur, oseng tahu, cah sayuran, juga lauk-pauk berupa tempe goreng dan telur asin. Semua masakan disajikan dalam wajan dan panci di atas kompor agar selalu hangat. Alat masak yang digunakan pun dibuat dari bahan baku gerabah.

Di sudut ruangan, anda akan menemukan sebuah amben atau tempat tidur tua khas Jawa yang dialasi tikar anyaman pandan. Amben ini bisa anda gunakan untuk sekedar bersantai atau ngobrol selama berada di Waroeng Kopi.

 

 

Anda juga bisa melihat ada televisi tabung yang mungkin usianya sudah jauh lebih tua dari usia saya tuh, heheee.. Tapi televisi ini Cuma berfungsi sebagai pajangan aja lho, sahabat gemilang, engga bisa hidup, karena memang konsep Waroeng Kopi ini menawarkan tempat singgah yang kental nuansa tradisional. Orang zaman dulu juga kan jarang yang punya tivi, hehe.

Kala menikmati hidangan yang disajikan, para pengunjung juga dimanjakan dengan alunan musik Jawa. Siteran rutin dimainkan setiap hari Senin, Rabu, Sabtu dan Minggu di Waroeng Kopi. Hal ini konon menambah nuansa alami pedesaan khas Kabupaten Magelang. Tamu jadi betah berlama-lama singgah di Waroeng Kopi. Apalagi tamu dari luar Jawa yang sudah pasti tidak bisa merasakan pengalaman ini di daerah asalnya.

Demi menambah nuansa etnik Jawa di Waroeng Kopi, semua pegawainya diwajibkan berseragam adat Jawa.

“(seragamnya) Sorjan lurik sama blangkon, dan celana komprang petani. Kemungkinan ke depan akan dibikin lebih rapi karena ini masih baju (beli di) pasar. Kita beli juga dari pedagang di Taman Wisata. Korelasinya main (menyejahterakan warga). Karena konsep yang ingin dibangun seperti itu. Cuman satu yang jelas, untuk pelayanan saya bisa menjamin, moga-moga nggak ada komplain, kami berusaha untuk profesional. Istilahnya, konsep masakan jowo ndeso, tapi pelayanan seperti resto. Kita ngga main-main karena servis adalah nomor satu”, ungkap Hani.

Jangan Lupa Oleh-Olehnya!

 

Sudah puas menikmati kuliner, jangan lupa belikan oleh-oleh untuk orang kesayangan. Di sebelah kanan halaman, anda akan melihat adanya toko suvenir khas Kabupaten Magelang, mulai dari aneka gelang, kalung, pensil, mainan yang semuanya terbuat dari kayu. Ada juga kaos, hingga keris dijual di sana. Harga berkisar dari Rp. 15.000 hingga Rp. 1,5 juta rupiah untuk satu buah keris. Pilihannya banyak. Suvenir ini merupakan hasil karya warga lokal yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Borobudur. Waroeng kopi memang memberi kesempatan pada warga untuk ikut aktif meningkatkan taraf ekonomi. Semua hasil keuntungan penjualan bisa dinikmati sepenuhnya oleh pedagang tanpa bagi hasil dengan Waroeng Kopi.

“Jadi mereka kelola sendiri (suvenir), dari mereka, oleh mereka, untuk mereka (pedagang suvenir)”, tegas Hani.

 

Nah, pasti udah ngga sabar kan pengen berkunjung ke Waroeng Kopi? Langsung aja datang ke Desa Ngaran Ngisor Kecamatan Borobudur. Waroeng Kopi buka setiap hari dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam. Oia, jangan lupa belikan oleh-oleh buat saya juga ya karena sudah merekomendasikan tempat yang super kece untuk anda singgahi kali ini! Hehe. Sampai jumpa lagi di rekomendasi Jajan-Jajan berikutnya!


GALERI FOTO

Agenda

Peresmian
Kamis, 20 Desember 2018